News & Research

Reader

Bursa Saham Asia Perpanjang Kenaikan, Nilai Tukar Mata Uang Masih Lemah
Tuesday, April 23, 2024       16:39 WIB

Ipotnews - Bursa saham di Asia memperpanjang kenaikan pada Selasa (23/4), dipimin lonjakan harga saham di Singapura. Namun nilai tukar sebagaian besar mata uang masih merosot, tertekan oleh kekuatan dolar AS.
Laman Reuters mengabarkan, indeks MSCI saham Asia Pasifik di luar Jepang, naik 0,8%, melanjutkan kenaikan pada Senin kemarin, rebound dari penurunan suram 3,7% pada minggu lalu.
Indeks saham SingapuraSTI melonjak 1,44% ke level tertinggi dalam enam bulan terakhir, diikuti indeks saham Malaysia KLSE yang menyentuh level tertinggi sejak Mei 2022 dengan kenaikan 0,5%.
Di Filipina, indeks saham PSI melaju sebanyak 1,1%, dan indeks saham Taiwan TWII melompat sebanyak 1,5%. Sedangkan indeks saham Indonesia IHSG melonjak 1,3%.
Namun nilai tukar sebagian besar mata uang di kawasan ini tetap lemah. Data inflasi AS yang lebih tinggi dari yang diantisipasi pada pekan lalu telah mengurangi ekspektasi pasar akan penurunan suku bunga oleh Federal Reserve, mendukung dolar AS.
Pasar saat ini memperkirakan 46% kemungkinan penurunan suku bunga pertama The Fed dimulai pada September mendatang, menurut CME FedWatch Tool. Beberapa minggu yang lalu, banyak yang bertaruh bahwa siklus pelonggaran moneter AS akan dimulai pada Juni nanti.
Para pelaku pasar kini menunggu rilis data produk domestik bruto (PDB) kuartal pertama AS pada Kamis lusa dan indeks pengeluaran harga konsumsi pribadi (PCE), indikator inflasi yang lebih disukai The Fed, sehari kemudian, untuk menilai lebih lanjut prospek penurunan suku bunga.
"Depresiasi tajam pada mata uang Asia akan menjadi faktor kunci bagi bank-bank sentral (regional) ketika memikirkan kapan mereka akan menurunkan suku bunga," kata Lloyd Chan, Ahli Strategi FX di MUFG , seperti dikutip Reuters.
Rupiah Indonesia hari ini cenderung mendatar, menjelang keputusan suku bunga Bank Indonesia pada Rabu besaok. BI pada Jumat lalu telah melakukan intervensi di pasar valas "dengan lebih berani untuk menjaga kepercayaan pasar" setelah rupiah mencapai level terendah dalam empat tahun terakhir paa pekan lalu.
Jajak pendapat Reuters menunjukkan, lebih dari 80% ekonom memprediksi BI akan mempertahankan suku bunga acuan 7- day reverse repurchase rate  di 6,00%. Sedangkan selebihnya memperkirakan kenaikan seperempat poin.
Mereka memperkiran penurunan suku bunga pada kuartal berikutnya dan sekali lagi pada kuartal keempat, lebih lambat dari yang diperkirakan sebelumnya.
"Saya rasa tidak ada katalis saat ini untuk penguatan rupiah yang berkelanjutan dan dalam hal keputusan suku bunga oleh Bank Indonesia, dasar pemikiran kami adalah bahwa BI akan mempertahankan suku bunga acuan di 6%," imbuh Chan dari MUFG .
Di tempat lain, ringgit Malaysia juga cenderung mendatar, sementara dolar Taiwan dan peso Filipina naik tipis 0,1%. Dong Vietnam juga sedikit menguat 0,1%, tetapi masih berada di dekat level terendahnya yang tercatat minggu lalu.
Di Singapura, data menunjukkan indeks harga konsumen naik 3,1% di Maret lalu secara tahunan, lebih rendah dari perkiraan para ekonom. Nilai tukar dolar Singapura terhadap  greenback  ditutup   tidak berubah. (Reuters)

Sumber : admin

powered by: IPOTNEWS.COM


Berita Terbaru

Friday, May 03, 2024 - 18:51 WIB
Mengapa Kita Tetap Memerlukan Rutinitas Dalam Masa Pensiun?
Friday, May 03, 2024 - 18:41 WIB
Perubahan Kepemilikan Saham PEVE, Jual
Friday, May 03, 2024 - 18:41 WIB
Perubahan Kepemilikan Saham PYFA, Beli
Friday, May 03, 2024 - 18:40 WIB
Perubahan Kepemilikan Saham ENRG, Beli
Friday, May 03, 2024 - 18:35 WIB
Perubahan Kepemilikan Saham KEEN, Beli
Friday, May 03, 2024 - 18:33 WIB
Perubahan Kepemilikan Saham AKRA, Beli
Friday, May 03, 2024 - 18:03 WIB
Indonesia Market Summary (03/05/2024)
Friday, May 03, 2024 - 17:46 WIB
Pemanggilan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan dan Luar Biasa LAJU
Friday, May 03, 2024 - 17:37 WIB
Pemanggilan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan dan Luar Biasa PTSN
Friday, May 03, 2024 - 17:29 WIB
Pemanggilan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan ISAP